Digital Clock with Islamic Ornament

Rabu, 25 Agustus 2010

Allah Menjamin Nafkah Hamba-Nya

Oleh : Bobby Herwibowo (Dewan Syariah Baznas DD)

Katakanlah, “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah, “Allah!” ( Saba :24)

Hendri seorang pegawai kecil kala itu. Meski penghasilan minim namun Allah berkehendak memberinya amanah 7 orang anak padanya. Subhanallah! Suatu saat, ia diajak seorang teman untuk menjemput tetangganya, Sartono di bandara Cengkareng.

Sartono yang baru pulang dari tempatnya bertugas di KBRI Chekoslowakia (sebuah negeri komunis di Eropa Timur) untuk menikmati cuti tahunan.

Dalam perjalanan menuju Depok dimana Sartono tinggal, terucap pertanyaan iseng dari mulutnya, “Berapa anakmu sekarang, Hend?” Hendri menjawab dengan enteng, “Tujuh!” Dengan gaya Eropa Timurnya, Sartono menyergah, “Wah…, gimana kasih makannya tuh?!”Matanya bergerak ke arah dahi, seraya menunjukkan bahwa ia sedang berpikir agak serius.

Mendengar itu, Hendri menjadi gerah sambil berkata sengit, “Pak Sartono, biar saya orang kecil dan cuma guru SD…. Saya mah masih bisa ngasih makan anak-anak saya! Saya punya Tuhan Yang Maha Kaya Pemberi rejeki!!!”

Allah Maha Kuasa… meski seorang guru, Hendri masih dapat merawat ketujuh anaknya dengan baik. Berbeda dengan Sartono yang menjadi pejabat KBRI Cheko, kedua anak yang ia miliki; anak tertuanya yang perempuan terkena virus pada otaknya. Padahal anak tersebut sudah remaja. Dan akhirnya, ia menjadi manusia yang cacat mental. Sementara anak keduanya yang laki-laki ternyata tewas tenggelam di sebuah danau saat KBRI di sana sedang mengadakan lomba renang dalam memperingati HUT RI .

Itulah kehendak Allah Swt. Dia Yang Maha Tinggi & Pencipta telah menjamin rejeki setiap hamba-Nya. Bukanlah perkara aneh bagi-Nya untuk memberikan rejeki yang tiada terduga kepada seorang ayah berpenghasilan kecil seperti Hendri untuk dapat memberi nafkah dan makan kepada tujuh orang anak yang dititipkan Allah kepada hamba-Nya.

Dialah Allah... Tuhan Yang Menjamin rezeki semua hamba-Nya.
“Tiada yang melata di muka bumi melainkan Allah telah menanggung rezekinya.” QS Hud {11}:6.

Seorang sufi pernah membaca ayat ini. Ia begitu yakin bahwa Allah Swt menjamin rezeki seluruh hamba-Nya. Namun dalam hati sang sufi amat besar keinginan untuk membuktikan hal tersebut. Pergilah ia ke sebuah bukit. Di atas bukit sana terdapat gua. Sang sufi berniat untuk uzlah mengisolir diri dari dunia lain demi membuktikan kebenaran ayat di atas. Dalam gua tersebut, si sufi duduk bersila. Ia bernazar tidak akan membuka mata seraya melihat. Tidak membuka mulut seraya berbicara, dan tidak bergerak sedikitpun hingga REZEKI DATANG LANGSUNG KE MULUTNYA.

Maka duduklah sang sufi di dalam gua gelap tersebut.
Selang beberapa lama, hujan deras turun. Beberapa orang dari sebuah kafilah turut menepi untuk berteduh sejenak dalam gua yang sama. Saat salah seorang dari mereka menyalakan api untuk masuk di dalam gua, didapatinya ada seorang manusia yang sedang duduk dalam kegelapan.

Maka melihat ada orang di dalam gua, si pembawa obor pun mengucapkan salam kepadanya. Namun... tidak ada balasan. Si pembawa obor mencoba memanggil beberapa rekannya. Maka begitu mereka mendapati ada orang di dalam gua yang terdiam diri tanpa membalas salam. Beberapa di antara mereka mencoba menepuk-nepuk punggung dan pundak sang sufi seraya berharap ada respon yang keluar dari dirinya. Rupanya sang sufi hanya diam tak bergeming. Salah seorang dari kafilah tersebut berujar, “Mungkin dia sudah terlalu lama tidak mendapat makan. Hingga, untuk membalas salam & memberi respon saja dia sudah tidak sanggup!” Rekan sejawatnya pun berpikiran sama. Sehingga salah satu dari mereka berinisiatif untuk mengambil perbekalan makan mereka dan diberikan kepada sang sufi.

Sang sufi masih terdiam, memejamkan mata, membisu dan tiada bergerak... Saat seorang dari kafilah membawakan makanan, sang sufi pun masih terdiam. Subhanallah, beberapa orang di antara kafilah merebahkan tubuh sang sufi. Bahkan seorang diantara mereka sudah bersiap-siap memasukkan sepotong roti & segelas air untuk diberikan kepada si manusia dalam gua. Begitu makanan sudah masuk dalam rongga mulut. Maka terbitlah senyum yang cerah di wajah sang sufi kemudian ia berteriak, “SUBHANALLAH WAL HAMDULILLAH!”

Kontan rombongan kafilah menjadi kaget keheranan. Mereka bertanya, “Saudara..., saat kami memberi salam mengapa tidak kau jawab? Saat kami menepuk punggung dan pundakmu, mengapa kau tak meresponnya? Dan lalu kenapa begitu kami memberimu makan, kamu langsung tersenyum sambil bertasbih & bertahmid? Kami mengira tadinya kamu sakit?”

Sang sufi pun bercerita, bahwa ia melakukan itu semua hanya karena ingin membuktikan kebenaran bahwa Allah Swt sungguh menjamin rezeki seluruh hamba-Nya. Subhanallah!

Saudaraku, betapa sering kita merasa galau... risau... panik dalam urusan kehidupan ini. Mengenai rezeki, masa depan dan kejayaan hidup. Janganlah pernah Anda merasa bahwa Allah menyia-nyiakan hidup kita dan tak menjaminnya. Asalkan Anda menjadi hamba-Nya, Jmaka Dia akan terus menjamin penghidupan Anda!

Rabu, 18 Agustus 2010

Maaf yang Disertai Hati

Maaf adalah kata yang sederhana, (mungkin) mudah diucapkan, tapi tak mudah ketika harus menyertainya dengan sepenuh hati. Maaf, bukan seberapa banyak yang diucapkan, tapi seberapa tulus diucapkan. Menurut saya, ada beberapa tipe maaf yang bisa jadi memberikan dampak yang berbeda, ini dia:

1. Maaf tipe orang latah
Maaf yang diucapkan karena orang lain mengucapkan maaf juga. Seperti seseorang yang melempar sampah di tempat tertentu dan yang lainpun latah mengikuti melempar sampah; padahal tak seharusnya. Maafnya tipe orang latah, terjadi hanya karena melihat orang lain meminta maaf.

2. Maaf tipe Mpok Minah.
Maaf tipe Mpok Minah yang di Bajaj Bajuri; maaf yang terucap dan menjadi bagian dari personal brand. Kadang tak punya makna, hanya sekedar 'ritual' untuk menjaga konsistensi sebagai orang yang selalu mengawali percakapan dengan kalimat maaf. Mungkin kalau Mpok Minah tenggelam di sungai, ketika meminta tolong pun, pasti.."maaf.. saya mau minta tolong...."

3. Maaf tipe pencopet
Maaf yang bertujuan buruk, hanya sekedar pengalih perhatian. Seperti ketika seorang copet menyenggol seseorang, dan dengan muka manis meminta maaf; padahal senggolannya itu adalah senggolan untuk mengambil sesuatu dari yang disenggol. Maaf tipe pencopet seperti ini sebenarnya maaf yang manipulatif, hanya diujung bibir, tak pernah sampai ke hati.

4. Maaf tipe petugas KRL
Maaf yang sering dikumandangkan oleh petugas KRL, karena kereta telat, mogok, pindah jalur atau ditunda keberangkatannya. Kadang, terlalu sering diucapkan, dan makin sering, makin membuat hati tak senang. Maaf tipe petugas KRL ini, maaf text book, karena memang di aturannya, harus meminta maaf, padahal mungkin ada yang memang tulus meminta maaf, ada juga yang sekedar basa-basi, supaya tak ada kesan tak bersalah saja.

5. Maaf tipe orang pasrah
Maaf yang diucapkan oleh orang yang kakinya keinjek, tapi tak berani menegur, karena yang menginjak adalah orang yang serem, ditakuti atau disegani. "Maaf, kaki Bapak nginjek kaki saya...bisa digeser nggak?" itu ucapannya. Biasanya diucapkan oleh orang-orang yang tak punya bergaining position kuat, dan merasa rendah diri; pasrah bahwa dirinya adalah korban dari keadaan.

6. Maaf tipe bajakan
Ini maaf palsu yang kebanyakan, mudah diucapkan, bahkan berkali-kali, tapi tak ada maknanya, karena sesungguhnya maaf yang kebanyakan seperti ini makin kehilangan makna.

7. Maaf tipe sinar X
Ini maaf yang tak perlu berucap. Seperti sinar X yang bisa menembus apa pun, dengan menggunakan mata. Maaf yang tersorot dari mata, tanpa ucapan, kadang lebih kuat dari kata maaf yang terucap di bibir.

Maaf memang hanya 4 huruf. Mudah terucap dibibir, tapi sulit ketika harus menyertakan hati. Maaf yang sekali tapi tulus lebih kuat maknanya daripada maaf yang diucapkan berkali-kali tapi tak disertai hati.

Jumat, 13 Agustus 2010

The Blessing in "NO"

I asked God to take away my pride.
God said, "No. It is not for me to take away, but for you to give it up."

I asked God to make my handicapped child whole.
God said, "No. Her spirit was whole, her body was only temporary."

I asked God to grant me patience.
God said, "No. Patience is a by-product of tribulations; it isn't granted, it is earned."

I asked God to give me happiness.
God said, "No. I give you blessings, happiness is up to you."

I asked God to spare me pain.
God said, "No. Suffering draws you apart from worldly cares and brings you closer to me."

I asked for all things that I might enjoy life.
God said, "No. I will give you life so that you may enjoy all things."

I asked God to help me LOVE others, as much as God loves me.
God said... "Ahhhh, finally you have the idea!"

Kadang kala kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya. Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan, bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali, orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan. Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya tanpa susah payah.

Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan. Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhan terus meningkat. Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil. Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Tuhan) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu.

Begitu pula dengan Tuhan, segala yang kita minta Tuhan tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Tuhan mengabulkannya. Karena Tuhan tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari "pilek" dan "demam".... dan terus berdoa.

"There's a time and place for everything, for everyone. God works in a mysterious way."

PEMENANG Vs PECUNDANG

Pada suatu hari murid bertanya kepada gurunya.
"Guru, apa yang harus kulakukan agar aku menjadi pemenang dalam kehidupan ini dan bukan menjadi pecundang?". Sang guru menjawab, pelajari perbedaan antara keduanya.

Jika pecundang selalu menjadi bagian dari masalah
Pemenang selalu menjadi bagian dari solusi.

Jika pecundang akan selalu punya alasan
Pemenang akan selalu punya program.

Jika pecundang berkata : Itu bukan pekerjaanku !
Pemenang akan berkata : Biar aku yang mengerjakan itu.

Bila pecundang melihat persoalan dari setiap jawaban
Pemenang akan melihat jawaban dari setiap persoalan.

Jika pecundang melihat kesalahan dari setiap persoalan
Pemenang melihat kebaikan dari setiap kesalahan.

Jika pecundang berkata : Itu mungkin dikerjakan, tapi sulit
Pemenang akan berkata : Itu sulit, tapi mungkin untuk dikerjakan.

Kalau kamu mau melakukan seluruh ciri-ciri pemenang, kaulah yang akan menjadi pemenang. ^^

Kamis, 12 Agustus 2010

5 Wasiat dari ALLAH S.W.T. Kepada RASULULLAH S.A.W

Dari Nabi S.A.W., "Pada waktu malam saya diisra’ kan sampai ke langit, Allah S.W.T telah memberikan lima wasiat, antaranya :

1) Janganlah engkau gantungkan hatimu kepada dunia kerana sesungguhnya Aku tidak menjadikan dunia ini untuk engkau.
2) Jadikan cintamu kepada-Ku sebab tempat kembalimu adalah kepada-Ku.
3) Bersungguh-sungguhlah engkau mencari syurga.
4) Putuskan harapan dari makhluk kerana sesungguhnya mereka itu sedikitpun tidak ada kuasa di tangan mereka.
5) Rajinlah mengerjakan sholat tahajjud kerana sesungguhnya pertolongan itu berserta qiamullail.

Ibrahim bin Adham berkata, "Telah datang kepadaku beberapa orang tetamu, dan saya tahu mereka itu adalah wakil guru tariqat. Saya berkata kepada mereka, berikanlah nasihat yang berguna kepada saya, yang akan membuat saya takut kepada Allah S.W.T. Lalu mereka berkata, "Kami wasiatkan kepada kamu 7 perkara, yaitu :

1) Orang yang banyak bicaranya janganlah kamu harapkan sangat kesedaran hatinya.
2) Orang yang banyak makan janganlah kamu harapkan sangat kata-kata himat darinya.
3) Orang yang banyak bergaul dengan manusia janganlah kamu harapkan sangat kemanisan ibadahnya.
4) Orang yang cinta kepada dunia janganlah kamu harapkan sangat khusnul khatimahnya.
5) Orang yang bodoh janganlah kamu harapkan sangat akan hidup hatinya.
6) Orang yang memilih berkawan dengan orang yang zalim janganlah kamu harapkan sangat kelurusan agamanya.
7) Orang yang mencari keredhaan manusia janganlah harapkan sangat akan keredhaan Allah daripadanya."

Rabu, 11 Agustus 2010

Pemuda Buruk Rupa

Kisah ini terjadi pada zaman Nabi Daud. Nabi Daud adalah seorang nabi yang sangat menyayangi kaum muda, karena ia beranggapan bahwa pemudalah yang mampu merubah keadaan menjadi lebih baik. Nabi Daud mempunyai sebuah majelis, dan disanalah Ia mengajarkan risalah dan tuntunan wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Di majelis tersebut, sering datang seorang pemuda yang berwajah tak sedap dipandang mata.

Pokoknya dilihat darimana saja, wajahnya tetap saja tak menyejukkan mata. Pemuda ini seringkali duduk berjam-jam. Tak jarang ketika semua orang telah bubarpun ia masih merenung seoang diri. Tapi ada yang aneh dengan pemuda tersebut. Meski sering datang dan duduk lama, ia tak pernah mengucapkan sepatah kata pun, baik untuk bertanya maupun untuk mengemukakan pendapatnya.

Suatu hari, datang ke majelis tersebut malaikat Izrail sang pencabut nyawa. Ia memandang pemuda itu dengan tatapan mata yang tajam. Nabi Daud merasakan ada yang tak beres, kemudian nabi Daud bertanya. "Aku diutus Allah untuk mencabut nyawanya minggu depan," kata Izrail sambil menunjuk pemuda sang pemuda. Kontan, setelah mendengar penjelasan tersebut nabi Daud pun jatuh iba pada sang pemuda. Kemudian dengan penuh kasih ia mendekati pemuda tersebut dan bertanya. "Hai pemuda, sudahkah kau menikah?" tanya nabi Daud pada sang pemuda. "Belum," jawabnya jujur.

Setelah mendengar pengakuan sang pemuda maka bertambah iba lah nabi Daud pada pemuda tersebut. Ditulisnya suraat untuk seorang pemuka kaum Bani Israil dengan maksud meminang salah satu putrinya utk dinikahkan dengan pemuda tersebut. Nabi Daud meminta sang pemuda untuk mengantarkan suratnya, dan alhamdulillah, pinangan tersebut langsung diterima. Betapa gembiranya hati sang pemuda kala itu.

Maka pernikahan pun dilangsungkan dengan semua biaya ditanggung nabi Daud. Setelah berbulan madu, sang pemuda yang kini telah beristri itu datang lagi ke majelis nabi Daud. "Hai pemuda, bagaimana bulan madumu selama seminggu," sapa nabi Daud ketika melihat pemuda itu di dalam majelis. "Aku belum pernah merasakan nikmat Allah yang sedahsyat itu," jawab sang pemuda. Nabi Daud teringat, bahwa hari itu telah dijanjikan malaikat Izrail untuk mencbut nyawa sang pemuda. Namun anehnya, malaikat Izrail tak nampak. nabi daud pun meminta kepada sang pemuda untuk datang ke majelisnya minggu depan. Tapi kejadian serupa terulang, Izrail tak menampakkan diri bahkan sampai delapan minggu.

Pada suatu saat datanglah malaikat Izrail ke majelis nabi Daud. Pada saat yang bersamaan pemuda itupun hadir pula. Nabi Daud pun langsung menegur malaikat Izrail. "Mengapa engkau tak menepati janjimu padahal beberapa minggu telah berlalu ?" tanya nabi Daud as. "Wahai Daud Allah telah mengasihi pemuda itu karena kasih sayangmu padanya dan menyuruhnya menikah. Maka Allah memanjangkan umurnya sampai tiga puluh tahun lagi," Jelas Izrail.

Senin, 02 Agustus 2010

Tindakan Kecil Tidak di Kenal

..ini bukan tulisan saya, juga bukan pengalaman saya, tapi banyak pelajaran dari kisah ini. Semoga bermanfaat. ^^



Di kota Liverpool Inggris, tempat John Lennon melahirkan kelompok musik yang pernah merubah sejarah dunia, saya pernah mengalami sebuah pengalaman kemanusiaan yang amat menyentuh. Setelah antre cukup lama di kantor imigrasi, guna memperpanjang visa isteri saya, lebih-lebih setelah mendengar orang di antrean depan ditanya dan dimaki sana-sini, hati ini sempat kecut juga. Belum lagi ditambah dengan stok tiket return yang batasnya hari itu juga. Plus tidak ada uang untuk menyewa hotel kalau terpaksa menginap. Begitu cekaknya keuangan, bekalpun membawa dari kota Lancaster yang berjarak
sekitar empat jam perjalanan kereta api.


Sesampai di depan petugas, saya terangkan maksud kedatangan saya. Ketika petugas tahu, bahwa visa yang mau diperpanjang adalah visa isteri, ia bertanya apakah saya membawa akte pernikahan. Busyet, saya lupa membawanya. Kalaupun saya bawa, pasti ia tidak mengerti karena dalam bahasa melayu. Saya sudah siap-siap mental dimaki sebagaimana orang Pakistan di depan, atau disuruh kembali lain waktu. Tiba-tiba saja saya ingat lagu John Lennon yang berjudul Imagine, yang bertutur mengenai mimpi John tentang kehidupan manusia yang tanpa agama, bangsa dan atribut lain yang memisahkan.

Di tengah lamunan akan John Lennon tadi, tiba-tiba saya dikejutkan oleh suara petugas imigrasi yang menemukan kata Bali sebagai tempat lahir isteri saya di pasport. Dengan ekspresi yang amat bersahabat ia bertanya, di bagian mana dari Bali ia lahir, apakah kami sekeluarga senang tinggal di Inggris, dan sederetan pertanyaan yang sangat menghibur.Ketika saya tanya balik, kenapa ia demikian bersahabat setelah tahu kami dari Bali, petugas tadi menceritakan pengalaman pribadinya yang pernah ditolong orang Bali, ketika mengalami kecelakaan saat berwisata di pulau dewata ini. Singkat cerita, semua urusan menjadi beres hanya karena ada kata
Bali di pasport.

Mirip dengan pengalaman di Liverpool, di Manchester saya juga pernah diselamatkan nasib baik. Setelah menempuh penerbangan dari Paris yang melelahkan, saya ikuti saja antrean manusia yang ada di depan guna diperiksa imigrasi. Setelah pegal berdiri setengah jam, dan akan memperoleh giliran bertatap muka dengan petugas imigrasi, baru saya tahu walau saya antre di tempat yang keliru. Sebagai warga Indonesia, saya antre di tempat yang ditujukan untuk warga masyarakat Eropa. Padahal, pesawat berikut ke tempat lain mesti take off kurang dari sejam lagi.

Saya sudah pasrah, what will be, will be. Pertama-tama, tentu saja petugasnya cemberut melihat tampang saya. Lebih-lebih setelah melihat passport yang berisi gambar burung garuda. Namun, karena kesabaran petugas, dibuka juga itu passport sambil bertanya, di mana saya tinggal selama di Inggris. Setelah saya jawab dengan sebutan desa Galgate di pinggiran kota kecil Lancaster, tiba-tiba wanita di depan saya wajahnya sumringah. Dengan akrab dia bercerita tempat lahirnya.

Penduduk desa kecil yang amat bersahabat. Buah apel yang bisa dipetik siapa saja oleh penduduk desa Galgate. Orang-orang tua jompo yang penuh senyum dan persahabatan tanpa pamrih dan masih banyak lagi yang lain. Dan, tiba-tiba saja petugas imigrasi ini minta saya menunggu sebentar, sementara ia pergi membawa passport saya ke counter lain. Tidak lebih dari tiga menit, ia sudah mengembalikan passport saya lengkap dengan stempel imigrasi. Sambil berpesan : sampaikan salam kangen saya buat penduduk desa Galgate.

Boleh percaya boleh tidak, saya mengalami kejadian-kejadian seperti ini, dalam frekuensi yang cukup sering. Sejumlah rekan Tionghoa yang mengerti petunjuk hoki, menyebut saya manusia hoki karena bentuk hidung, telinga dan dagu yang cocok dengan ciri-ciri hoki. Sebagai manusia biasa, saya memang
memiliki banyak kekurangan. Disebut sering suka cerita yang porno dan jorok. Suka 'ngompol' (ngomong politik). Berteriak kalau lagi marah besar di rumah. Wika, Adi dan Suci adalah manusia-manusia yang paling tahu daftar kekurangan saya. Akan tetapi, sejak umur yang sangat kecil, saya dibiasakan oleh seorang kakak, untuk mengumpulkan daftar tindakan-tindakan kecil yang tidak bernama. Tidak dikenal. Tidak dihitung. Namun, berguna buat alam dan orang lain.

Bukan pada tempatnya, kalau saya membeberkan daftar tindakan- tindakan saya di kolom ini. Yang jelas, ada semacam kesegaran dalam jiwa, sesaat setelah melakukan tindakan-tindakan tidak dikenal dan tidak bernama. Kepala yang pusing, tiba-tiba jadi membaik. Kantong cekak yang membuat dahi berkerut, berubah menjadi ucapan terimakasih ke Tuhan. Isteri yang tadinya kelihatan seram jadi lembut dan cantik. Banyak hal bisa berubah setelah melakukan tindakan-tindakan model terakhir.

Saya tidak tahu, apa ini sebuah sugesti, atau ada tangan-tangan kekuatan alam yang membuatnya demikian. Yang jelas, alam bisa demikian perkasa dan bertahan lama, karena bergerak dalam siklus memberi, memberi dan memberi. Rumput hijau memberi kesejukan. Matahari membawa energi. Air menghadirkan kehidupan. Adakah mereka membutuhkan imbalan lebih? Belajar dari ini semua, saya berusaha untuk mematikan keran di tempat umum yang lupa ditutup orang lain. Membukakan pintu ke orang lain yang tidak dikenal di lokasi-lokasi publik. Mengembalikan posisi pohon yang roboh. Mengubur kucing yang mati digilas mobil orang.