Lengsernya Soeharto, bagi sebagain kalangan akdemisi merupakan tonggak berdirinya kehidupan demokrasi yang baru bagi rakyat
Kehidupan bernegara jelas tidak dapat dilepaskan dari realitas politik yang mendasarinya. Memang tidak sepenuhnya absolut, akan tetapi mayoritas corak kehidupan sebuah nation-state dipengruhi dari kebijakan politik rezim yang berkuasa. Akhirnya segalanya menjadi sangat kontradiktif sebab masyarakat hidup dalam dimensi dimana ideologi harus dihadapkan pada realita kebijakan politik penguasa. Permasalahnnya muncul manakala ideologi yang ada tidak sepenuhnya dipahami masyarakat bahkan sekedar tahu sekalipun. Setidaknya ada dua hal yang mempengaruhi kondisi ini, pertama berkenaan dengan isi dari ideologi tersebut, Kedua adalah sehubungan proses internalisasi dan enkulturasinya pada masyarakat. Tidak sampai disitu, masalah juga muncul bila ideologi yang multitafsir tersebut dihadapkan dengan kenyataan bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, begitu hal-nya dengan kekuasan. Kekuasaan tidak selamanya bersemayam, akan ada saatnya suatu rezim harus turun dari singgasananya.
Akhirnya hal ini membawa dampak kebingungan yang luar biasa bagi konsespsi nasionalime itu sendiri Nasionalitas dapat diumpamakan sebagai sosok yang mampu menghadirkan spririt persatuan atau dengan kata lain ia berfungsi sebagai perekat integrasi. Oleh karena fungsinya yang demikian, maka nasionalitas idealnya dibangun bersama tanpa memperhatikan aneka ragam suku bangsa, agama, dan bahasa. Hal ini jelas menjadi kontradiktif bagi konteks ke-Indonesiaan.
Sebelumnya, barangkali coba perhatikan bagaimana suasana kehidupan berbangsa dan bernegara di Indoenesia 10 tahun belakangan ini. Sangat banyak perubahan yang terjadi disana sini. Perubahan dari krisis yang satu ke krisis yang lain sementara krisis sebelumnya berlum terselesaikan. Perubahan dari konflik yang satu ke konflik yang lain sementara pada beberapa konflik masih berlum terselesaikan. Hal ini jelas sangat tidak sehat untuk sebuah Negara yang sejak tahun 1945 telah sampai di pintu gerbang kemerdekaan. Tapi sudah 65 tahun lamanya masyarakat di negeri ini hidup dalam kegamangan dan ketidak pastian arah masa depan. Dan para penguasa di negeri ini hanya berkata “mari kita galang nasionalisme demi kejayaan bangsa dan negara”. Tanpa berfikir bangsa yang mana dan Negara siapa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar